Dua Sahabat

"Kamu tahu masa lalu?" kata Risa di telepon.
"Apa coba?" Dea sengaja melempar pertanyaan ke Risa.
" Masa lalu, biarlah masa laluuuu" kata Risa sambil bernyanyi lagu dangdutnya Inul Daratista.
" Ah, ko jadi lagu dangdut?" kata Dea dengan nada sedikit marah.
Kemudian di ujung telepon, Risa tertawa, "hahaha".

***
Risa dan Dea adalah sahabat karib sejak Taman Kakak-kakak. Meskipun jarak memisahkan mereka, mereka tetap saling berkomunikasi. Sekedar menelepon untuk saling curhat atau saling memberi kabar.

"Kita ini jojoba De" kata Risa.
"Apaaan jojoba?" Dea bingung.
"Jomblo-jomblo bahagia, hahaha" begitu Risa menjawab.

Selalu ada saja kata aneh yang dibahas oleh Risa. Sementara Dea hanya senyum sedikit. Dea si kutu buku. Memang sangat jarang bercanda. Hidupnya serius terus. Begitulah Risa menilai Dea. Sementara itu dimata Dea, Risa adalah gadis yang periang, selalu punya cara membuatnya tersenyum.

***
" De, kamu disana De?" tiba-tiba Risa menelepon dengan nada sedih, tak seperti biasanya.
" Iya disini, masih berpijak di tanah, kenapa? Kangen ya?" Dea berusaha memancing Risa untuk bercanda.
" Aku hancur De, aku tidak tahu lagi harus gimana?" begitu Dea curhat dan entah apa maksudnya. Entah soal apa Dea pun bingung.
" Kamu kenapa Sa? Sakit? Apanya yang hancur?" Dea bertanya dengan nada kebingungan.
" Papa sama Mama mau berpisah, De dan aku di suruh milih ikut siapa" begitu Risa meneruskan ceritanya.

Ya, Risa adalah anak semata wayang pasangan Rino dan Santi. Nama Risa adalah nama singkatan kedua orangtuanya Ri dari Rino, Sa dari Santi. Dan hari ini Risa hancur. Entah apa yang terjadi sehingga Tante Santi dan Om Rino berpisah di umur Risa yang sudah dua puluh tahun. Artinya pernikahan orangtua Risa sudah selama itu.

***
Sudah tak ada lagi telepon dari Risa sejak terakhir dia menelepon Dea. Dea pun tak berusaha menghubungi Risa. Karena bagi Dea, mungkin Risa tidak mau di ganggu. Mungkin Risa butuh merenung, mungkin Risa butuh ruang untuk sendiri.

Pagi itu, Dea menerima telepon dari Tante Santi. Tante Santi bercerita bahwa Risa memilih ngekost di dekat kampusnya. Tante Santi menyuruh Dea untuk mengunjungi Risa. Dan memohon untuk memberitahu kabar Risa sekarang. Karena sejak perpisahan itu, Risa tak pernah mau bertemu dengan Santi ataupun Rino.

Setelah menerima telepon dari Santi. Dea bergegas untuk mengunjungi Risa. Dea paling suka menggunakan kereta. Maka untuk menuju Bandung dari Yogyakarta, Dea memilih berkereta.

Bandung dini hari masih lengang. Tunggu jam kantor. Macet, sama macetnya dengan Jakarta. Dan penuh dengan angkutan kota. Dea sudah dekat dengan kost Risa, kost Risa ada di sekitar Darut Tauhid, ya Pondok milik AA Gym yang terkenal itu. Sepanjang jalan Dea bertemu banyak santri Darut Tauhid yang akan ke masjid untuk sholat Subuh. Dea pun memikirkan Risa, "Semoga Risa menjadi gadis baik" pikir Dea, "bisa jadi Risa salah satu santri Darut Tauhid" begitu Dea berkata pada dirinya sendiri.

Akhirnya kost Risa ketemu setelah bertanya beberapa kali ke orang warung. "Kost yang bagus" gumam Dea. Kamar Risa no 8, Dea pun mengetuk pintu. Waktu memang masih pagi, mungkin Risa masih tertidur. Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya Risa membukakan pintu.
"Kejutaaaaannn" Dea berteriak.
Wajah Risa layu, dia pun biasa aja.
"Oh, kamu, paling disuruh Mama kan?" kata Risa.
Dea terdiam. Risa kini berbeda. Segalanya berbeda. Dan Risa yang Dea kenal sudah bukan Risa lagi.

Kamarnya penuh poster band, tangan Risa ditato bahkan ada minuman beralkohol di meja. Dea terdiam.
"Bilang ke Mama, aku bisa hidup sendiri" begitu kata Risa.
"Iya" kata Dea.
" Aku tidak akan kembali seperti dulu, kecuali Papa dan Mama bisa bersama lagi" Risa melanjutkan. "Dan itu tidak mungkin terjadi, maka tidak mungkin bagiku menjadi Risa yang dulu" Risa kembali menceritakan keadaan dirinya.
"Kamu nyaman dengan dirimu sekarang Sa?" Risa terdiam.
"Kalau kamu nyaman, aku senang" kata Dea melanjutkan.
" Aku pulang ya, sudah cukup, nanti aku lapor ke Mamamu" Begitulah Dea. Dia tidak tahu harus berbuat apa ke Risa. Kemudian Risa menangis, entah apa yang ia pikirkan. Dan Dea hanya mampu memeluknya. Risa menangis terus hingga suara nafasnya terdengar lebih cepat. Dia bergumam, "aku anak nakal sekarang". Dea semakin erat memeluk Risa dan sambil berkata, "tidak ada kata terlambat untuk kembali menjadi Risa yang dulu. Aku selalu bersamamu, Sa".

Angin Bandung pagi itu sangat terasa sejuk. Dua sahabat akhirnya bertemu. Segala hal baik akan terjadi jika ada yang menguatkan. Hidup itu takdir yang harus diperjuangkan, bukan diakhiri dengan keburukan. Berbahagialah yang masih memiliki sahabat baik. Berbahagialah untuk itu.

#30DWC
#30DWC12
#Day21

#ODOPfor99days

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku