Pengakuan (Sepotong Kisah dan Puisi)

Jika kemarin aku lupa memelukmu, bukan berarti aku tak rindu. Kemarin aku sakit. Ingin aku berlari kemudian menghujam seribu mata pisau di tubuh ini. Aku ingin menyerah pada keadaan. Sungguh. Biarkan segalanya segera berakhir. Aku tak peduli lagi pada dunia. Bahkan untuk merasakan udara pagi, aku tak mampu.

Jikalau saja mengutuk hidup mampu menciptakan sejuta kebahagian yang hilang. Andai saja hidup bisa dipilih dan dimainkan sesuai kehendak diri. Ah, rasanya aku tak akan terpuruk seperti ini. Hanya melihat wajah memelasmu. Kemudian aku kembali syahdu larut dalam ranjang pesakitan.

Jika penyiksaan adalah penebusan dosa. Maka aku ikhlas menjalaninya. Menjalani hari tanpa ujung. Bukan tentang derita, bukan tentang kesedihan dan luka. Tapi tentang rasa ikhlas. Bahwa Tuhan yang akan menyempurnakan dengan kebaikan. 


Untukmu

Aku telah kehilangan kata-kataku
Berhenti pada sebuah sayatan bernama sembilu
Pedih, perih dan luka
Tak ada lagi sisa air mata, tinggallah duka dan lara

Cinta bukan sekedar mencinta
Ia butuh benteng kokoh untuk tetap utuh menjulang
Cinta bukan sekedar rasa
Ia butuh mata hati mengikat segala bumerang

Biarkan takdir berjalan sesuai kehendakNya
Bukankah hidup adalah sebuah keikhlasan?
Tanpa diminta
Dengan penuh kesabaran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku