Titik Akhir di Negeri Peri Part 1

Part 1

Hujan mengingatkanku akan rasa sakit. Kenangan kecil menari-nari  dalam kepala. Sesak. Bau tanah yang khas setelah hujan turun. Mentari yang sedikit membiaskan  cahayanya. Aku sakit.

"Dessa, sudah minum obatnya kan?" Ibu membuyarkan lamunanku. "Emm, Dessa bosan Bu, bosan dengan rutinitas ini." Dengan wajah kosong menatap hujan, aku menjawab seadanya. Ada raut wajah sedih dimata Ibu. Ibu hanya terdiam kemudian meninggalkanku sendiri.

-----------------
"Sa, akhirnya masuk sekolah, sudah sembuh Sa?" sapa Mia teman sebangkuku. Aku mengangguk dan terdiam lagi. Aku masih tak bersemangat untuk banyak bercerita. Terlalu sakit. 
Pohon beringin besar yang ada di taman sekolah adalah  tempat favoritku untuk duduk sendiri dan menulis. Aku akan memanfaatkan waktu istirahat dan menghabiskannya untuk menulis.
Awal September 2011, Itu kali terakhir aku bertemu Kania, kakak pertamaku. Ia tinggal di negeri penghasil keju terbesar di dunia. Ia selalu membawakan keju sebanyak-banyaknya untukku.
"Ini Sa, camilan favoritmu, keju, asli dari sapinya  angsung. Hahaha." kata Kania.
Aku ikut tertawa bahagia melihat wajah kakakku yang  jarang pulang itu. Kakakku bercerita bagaimana  prosesnya dari susu sapi segar bisa menjadi keju yang lezat dan enak.

"Kamu tahu keju yang kakak bawa ini kan Sa? Sebelum jadi keju, pabrik susu Durrus Farmhouse Cheese di Cork, Irlandia ini memerah banyak sapi dan mengolahnya. Pabrik ini sudah beroperasi sejak tahun 1979 lho dan masih memproduksi keju dengan cara tradisional yakni dengan tangan! Gila kan? Suhu udara yang rendah serta kelembapan di Cork membuat keju ini mengeluarkan aroma alam dan memberikan cita rasa rempah Sa." Dan kakakku terus menjelaskannya sementara mulutku penuh dengan keju Durrus yang lezat. Ah, rasanya ingin terbang kesana dan mengolah sendiri agar hati ini semakin puas menikmati keju.
Sementara itu hujan turun lagi.

Ah, hujan, aku selalu merasa sakit. Tidak bisakah Aku sepertimu? Turun ke bumi bermelodi. Alam bahagia  menyambutmu dan orang-orang mulai menikmatimu.

Suaramu yang menghasilkan gelombang terapi bagi  penulis. Manusia akan duduk berlama-lama  melihatmu. Hujan adalah anugerah Tuhan, semesta raya bersenandung. Bagiku tidak, hujan mengingatkanku pada derita.

#30DWC
#30DWC13
#DAY1

#ODOPfor99days

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku