Titik Akhir di Negeri Peri Part 7

"Berusahalah untuk berdamai dengan masa lalu. Tidakkah kamu merasa tersiksa jika keadaanmu kini kadang tertekan karena masa lalu?" suara itu lirih memenuhi telingaku.

Suara dalam diriku berusaha menghiburku. Kata Bu Dea, Psikiater yang mendampingiku, aku mulai sembuh. Mulai terbuka, mulai menerima. Iya aku tahu, hatiku terlalu rusak untuk bisa memaafkan. Segala teori tentang kata maaf sudah habis kutelan. Namun, tetap saja hati ini beku. Bagaimana bisa aku menghapus masa lalu kecuali aku tak pernah mengalaminya? Trauma kecil yang dibuat Bapak berakibat buruk pada masa depanku menjadi hal besar yang selalu menghantuiku.

"Kamu dendam pada orang yang sudah bernyawa? Bagaimana caramu membalasnya? Haruskan kamu membalasnya?" pikiran dari diriku berbisik kepadaku. "Maafkan, kemudian selesai." Kalimat itu terngiang di kepala.
"Tidak semudah itu!" kataku.

Jika sudah begini, biasanya aku akan cek email dari kak Kania. Berharap ada cerita baru tentang keju Durrus. Dan benar, mataku selalu berbinar saat membaca email dari kak Kania.

#30DWC
#30DWC13
#DAY23
#squad2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku