Titik Akhir di Negeri Peri Part 5

Sebuah album masa kecil berwarna jingga, kupegang erat-erat. Ternyata sisi lain diriku berharap mengenang masa kecilku kembali. Dimana Bapak menjadi Bapak yang peduli dan sangat penyayang kepada anaknya. Ikut bermain bersama kami. Saat itu umurku masih 4 tahun. Namun, aku masih ingat kenangan itu. Kenangan Bapak menggendongku di punggung. Kak Kania mengejar kami dari belakang. Ya, kami bermain bersama menikmati senja di sebuah taman Kota Bandung.

Saat itu aku merasakan bahagia sebagai anak kecil. Tubuhku serasa melayang. Bapakku waktu itu adalah Bapak yang penuh kasih sayang dan tak pernah marah-marah.

***

"Kenapa kamu dilahirkan memiliki otak yang pas-pasan Dessa? Harusnya bukan sekolah formal melainkan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus!" Bapak membentakku.
Aku paling lemah dalam pelajaran matematika. Rasanya berat jika aku aku memikirkan angka-angka. Belum lagi guru sekolahku yang menurutku tak mampu mengajarkan pelajaran itu dengan baik.
Aku berusaha melupakan kejadian itu. Namun tak mampu. Semakin aku melupakan rasa sakit semakin aku ingat.

***

Kembali lagi pada album masa kecil, seharusnya aku tak pernah besar. Agar merasakan bahagia selalu. Karena saat ku injakkan kaki ke bangku sekolah. Bapak seakan jadi monster yang siap melahapku kapan saja.
Dan aku tak pernah lupa pada sosok Bapak yang lain. Sedangkan sosok yang kuharap begitu hanya terpajang di album masa kecilku saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku