Titik Akhir di Negeri Peri Part 6

Tanah itu masih basah. Masih terasa sesak dada ini. Menahan jatuhnya air mata. Kupandang wajah Ibu. Dia pasti lebih sakit lagi. Aku tahu hubunganku dengan Bapak memang tak baik. Namun, kepergiannya di pagi itu membuatku sedih dan duka. Aku yakin Ibuku merasakan hal yang lebih duka lagi.

Ibu, wanita tegar yang selalu setia mendampingi Bapak. Rela menerima apapun. Tanpa syarat, karena Ibu hanya punya cinta dalam hatinya.
Ibu, seorang yang sangat tegar dan sabar. Selalu memperkaya jiwanya dengan keikhlasan menjalani hidup.

Ya, aku tahu, Ibu sangat mencintai Bapak. Meskipun Bapak memiliki sisi buruk yang membuat Ibu tak berdaya. Namun Ibu bertahan. Menahan dan menata emosinya. Karena itulah cinta. Ibu mencintai Ayah dengan segala jiwa dan raganya.

Saat itu, saat tubuh Bapak dimasukkan ke liang lahat, kulihat wajah Ibu begitu berduka. Tak ada air mata hanya gurat wajah dengan kesedihan yang mendalam. Ibu melepas cinta sejatinya. Tugas Ibu selesai mendampingi belahan jiwanya. Mencintai Ayah sepenuhnya tanpa meminta apapun. Mengabdi dengan bahagia. Begitulah Ibu.

Sementara aku tahu hatiku masih saja masih menyimpan rasa beku kepada Ayah. Aku berusaha membuang jauh semua itu. Aku tahu hari itu adalah hari dimana Allah memberikan jalan lain kepada keluargaku. Jalan tanpa Ayah. Saat itu Ibu bilang kepadaku, "bagaimanapun juga Bapak mencintai keluarganya melebihi nyawanya sendiri."
Aku terdiam. Aku tahu aku harus memaafkan segala kesalahan yang Bapak lakukan kepadaku. Mampukah aku?

#30DWC
#30DWC13
#squad2
#Day18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi Sebuah Pohon

Ingin Membuat Konten yang Menarik? Yuk, Jalan-Jalan ke Yogyakarta

Motivasi, Tujuan dan Mimpiku