Ibu, Gadget dan Media Sosial
"Seorang ibu menjadi tangguh ketika ia mampu menempatkan diri dalam segala kondisi. Dan bangga menjadi dirinya sendiri." (Putri Utami DN)
Kita tidak lagi hidup di zaman dahulu, zaman orang tua kita hanya berkomunikasi melalui surat, faximile atau telepon rumah. Kita hidup dizaman lebih canggih lagi. Zaman dimana gadget dan media sosial menjadi hal lumrah, menjadi barang yang dicari dan dipergunakan sangat intensif.
Dari data Web kementerian riset dan teknologi menyatakan bahwa "Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. " Dari data tersebut bisa dipastikan kita merupakan bagian dari pengguna aktif smartphone. Sebagai ibu yang hidup di zaman digital dan maraknya gadget serta media sosial. Maka ibu memperoleh berbagai arus informasi dari gadget dan media sosial, lebih cepat dan efektif.
Seorang ibu diera digital akan lebih banyak mengakses segala hal lewat gadget dan media sosial. Menjadikan media sosial sebagai aktualisasi diri. Terutama bagi ibu yang hanya bekerja di ranah domestik, ia akan sangat terbantu dengan adanya gadget dan media sosial. Membuka banyak jaringan diluar sana. Untuk para ibu yang bekerja diranah publik, gadget dan media sosial pun menjadi penting karena segala bentuk informasi ada dalam satu genggaman, membantu memanajemen pekerjaan.
Ibu zaman sekarang harus melek teknologi. Memanfaatkan sebanyak-banyaknya dari gadget dan media sosial. Seorang ibu akan menyikapi dengan bijak dalam penggunaan gadget dan media sosial jika ibu tahu batasan dan tahu membagi waktu. Bahwa gadget dan media sosial juga bukan segala-galanya. Hanya saja sangat mempermudah kita secara teknis. Jangan sampai karena gadget atau pengeruh media sosial, seorang ibu menjadi baperan, ingin pamer dan membandingkan dirinya dengan teman media sosial lain, yang jelas beda watak dan pemikirannya.
Beberapa hari lalu saya melakukan survey pertanyaan kepada beberapa ibu yang tergabung dalam sebuah komunitas.
Ibu dua anak ini, berinisial M, menurut ibu M bahwa dengan gadget dunia serasa ada dalam genggaman. Mau mencari informasi apa saja bisa, kapan saja dan dimana saja. Hobi berbelanjapun tak perlu repot mengunjungi toko atau pusat perbelanjaan, tinggal klik dalam satu ketukan dan ketikan. Karena media sosial juga kita bisa menambah teman dari belahan dunia manapun. Saling bertukar informasi dengan cepat. Tempat untuk berbisnis, tempat mencari kelas online untuk belajar. Seiring dengan manfaat maka ada juga sisi negatif yang dihadapi oleh si ibu. Menurut ibu M, jika tidak mengatur waktu dengan baik maka akan berlebihan memakai gadget dan lupa waktu. Jika terlalu percaya tidak bisa memilih berita, kita akan dihadapkan pada berita-berita hoax dimedia sosial. Di situlah perlu kontrol diri yang kuat.
Menurut ibu P, Gadget bisa menghibur dikala penat. Beberapa aplikasi permainan bisa menjadi hiburan gratis dan menyenangkan. Saling bertukar foto atau video dengan orang yang jaraknya jauh sekalipun. Jadi dalam satu waktu bisa saling tahu kabar dan kondisi kita. Sedangkan dengan media sosial, kita bisa saling bertemu dengan teman lama menambah jaringan rekan bisnis. Lalu bagaimana dengan efeknya, terkadang kita lupa jika kita hidup di dunia nyata. Akhirnya intensitas kita di dunia nyata malah berkurang karena kecanduan gadget. Sementara saat di media sosial menjadi ajang curhat, lupa curhat dengan hal yang tidak semestinya.
Ibu I ternyata memanfaatkan gadget untuk manajemen pekerjaan dan aktifitas belajar. Dari gadget bisa menjadi proses edukasi bagi ibu. Sedangkan media sosial bisa menjadi alternatif strategis untuk networking dalam menjalankan fungsi –fungsi produktif ibu, misalnya sarana bertukar informasi untuk menuntut ilmu dalam mengembangkan diri, lahan untuk aktualisasi sebagai enterpreneur, sarana silaturahim, dan mengembangkan komunitas sesuai orientasi minat sosialnya. Sementara ada juga hal negatif yang kita temui, Jika tidak menetapkan kebutuhan di awal atas pemilihan gadget maka justru akan menjadi korban mode dari berbagai fitur aplikasi yang ada, justru membuat ibu tidak fokus memakai yang mana. Ini sangat tidak efisien. Aplikasi2 yg pada awalnya bertujuan untuk support manajemen aktivitas malah berbalik menjadi seperti kucing peliaraan. Kadang kucing tidak butuh baju tapi dibelikan baju. Ini juga bisa menjadi salah satu sumber keran bocor dalam keuangan keluarga.
Maka seharusnya sebagai ibu kita mampu menjadikan gadget sebagai media yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar