Komprod Day #3 Bullying
Bullying? Oh, No
"Ih, ko aku dibully." Protes dari salah satu anak yang tengah bermain bersama teman-teman. Dan bagi Arkaan yang masih umur 5 tahun, bully adalah kata asing baginya. Begitu melihat tatapan penuh rasa ingin tahu Arkaan, saya kemudian berusaha menjelaskan dengan kalimat yang sederhana. "Bully itu kalo ada temen lagi asyik main, terus temen satunya ngeledekin, atau berkata kasar sama temannya." Arkaan masih belum ngeh dan saya mulai mencontohkan beberapa gerakan. Pukulan kecil dan kata-kata bertujuan mengusir saya peragakan.
Sepertinya Arkaan mengangguk pelan dan mulai mengerti.
Lantas saya jadi kepikiran bagaimana ya kalo di sekolah? Arkaan masuk TK, apakah dia aman dari bullying? Apakah teman sebayanya berperilaku baik? Mulailah naluri protektif sebagai ibu dan rasa ketakutan itu muncul. Seharusnya saya tak boleh merasa ciut dengan perasaan saya sendiri. Tapi perasaan spontan ini muncul. Ketika teman-teman Arkaan satu komplek yang rata-rata mereka anak SD sudah tahu tentang "bully".
Akhirnya saya mencoba googling beberapa info. Dan mencari tahu apa saja yang harus saya persiapkan untuk Arkaan nanti.
1. Beri contoh dan pengertian bullying.
Kenalkan anak pada pengertian bullying dan beberapa contoh bullying dan jelaskan bahwa bullying itu tidak baik. Sebaiknya perhatikan umur anak dalam memberikan contoh atau penjelasan. Dan bisa diulang-ulang. Kadang saat pertama diberi tahu anak belum paham benar.
2. Tanamkan Rasa Kasih Sayang
Anak-anak yang menjadi pembully biasanya adalah anak-anak yang butuh perhatian dari orang lain. Artinya ia kurang kasih sayang di rumahnya. Maka sebagai orang tua kita tanamkan nilai kasih sayang pada anak. Lakukan komunikasi efektif pada anak. Agar anak merasa bahwa orangtua adalah tempat paling nyaman untuk bercerita. Dan menumpahkan segala keluh kesah.
3. Tanamkan Karakter Kuat Pada Anak
Masing-masing anak punya hal yang istimewa dalam dirinya. Kuatkanlah. Ajarkanlah caranya untuk mengenal dirinya sejak kecil. Ajarkan untuk bermain bersama teman, berbagi dan hal positif lainnya. Tanamkan nilai agama dan karakter yang kuat pada anak. Agar saat dia bergaul di luar, ia punya pondasi kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh temannya.
4. Tanamkan Rasa Keberanian
Ini sangat penting, rasa berani pada anak akan menimbulkan rasa percaya pada diri sendiri yang kuat. Jadi ketika anak dibully baik secara fisik atau verbal, dia akan berani menjawab dan melawan.
5. Ajarkan untuk memberikan informasi jika ada alarm tanda bahaya.
Jika di sekolah, anak bisa memberikan informasi kepada guru. Belajar menceritakan dengan jujur apa yang sudah dialaminya.
Semoga dengan memberi pengertian dan mengajarkan apa yang sebaiknya dilakukan, anak kita bisa menghindari atau menghadapi "bullying".
Putri
Yogyakarta, 5 juni 2017
"Ih, ko aku dibully." Protes dari salah satu anak yang tengah bermain bersama teman-teman. Dan bagi Arkaan yang masih umur 5 tahun, bully adalah kata asing baginya. Begitu melihat tatapan penuh rasa ingin tahu Arkaan, saya kemudian berusaha menjelaskan dengan kalimat yang sederhana. "Bully itu kalo ada temen lagi asyik main, terus temen satunya ngeledekin, atau berkata kasar sama temannya." Arkaan masih belum ngeh dan saya mulai mencontohkan beberapa gerakan. Pukulan kecil dan kata-kata bertujuan mengusir saya peragakan.
Sepertinya Arkaan mengangguk pelan dan mulai mengerti.
Lantas saya jadi kepikiran bagaimana ya kalo di sekolah? Arkaan masuk TK, apakah dia aman dari bullying? Apakah teman sebayanya berperilaku baik? Mulailah naluri protektif sebagai ibu dan rasa ketakutan itu muncul. Seharusnya saya tak boleh merasa ciut dengan perasaan saya sendiri. Tapi perasaan spontan ini muncul. Ketika teman-teman Arkaan satu komplek yang rata-rata mereka anak SD sudah tahu tentang "bully".
Akhirnya saya mencoba googling beberapa info. Dan mencari tahu apa saja yang harus saya persiapkan untuk Arkaan nanti.
1. Beri contoh dan pengertian bullying.
Kenalkan anak pada pengertian bullying dan beberapa contoh bullying dan jelaskan bahwa bullying itu tidak baik. Sebaiknya perhatikan umur anak dalam memberikan contoh atau penjelasan. Dan bisa diulang-ulang. Kadang saat pertama diberi tahu anak belum paham benar.
2. Tanamkan Rasa Kasih Sayang
Anak-anak yang menjadi pembully biasanya adalah anak-anak yang butuh perhatian dari orang lain. Artinya ia kurang kasih sayang di rumahnya. Maka sebagai orang tua kita tanamkan nilai kasih sayang pada anak. Lakukan komunikasi efektif pada anak. Agar anak merasa bahwa orangtua adalah tempat paling nyaman untuk bercerita. Dan menumpahkan segala keluh kesah.
3. Tanamkan Karakter Kuat Pada Anak
Masing-masing anak punya hal yang istimewa dalam dirinya. Kuatkanlah. Ajarkanlah caranya untuk mengenal dirinya sejak kecil. Ajarkan untuk bermain bersama teman, berbagi dan hal positif lainnya. Tanamkan nilai agama dan karakter yang kuat pada anak. Agar saat dia bergaul di luar, ia punya pondasi kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh temannya.
4. Tanamkan Rasa Keberanian
Ini sangat penting, rasa berani pada anak akan menimbulkan rasa percaya pada diri sendiri yang kuat. Jadi ketika anak dibully baik secara fisik atau verbal, dia akan berani menjawab dan melawan.
5. Ajarkan untuk memberikan informasi jika ada alarm tanda bahaya.
Jika di sekolah, anak bisa memberikan informasi kepada guru. Belajar menceritakan dengan jujur apa yang sudah dialaminya.
Semoga dengan memberi pengertian dan mengajarkan apa yang sebaiknya dilakukan, anak kita bisa menghindari atau menghadapi "bullying".
Putri
Yogyakarta, 5 juni 2017
Komentar
Posting Komentar