Komprod Day #2 Belajar
Komprod Pasangan #Choose The Right Time
Pagi ini, seusai sahur dan sholat subuh. Kami membahas Afi, si anak SMA yang tulisannya booming dan menuai banyak kontraversi.
Suami saya bercerita bagaimana sosok Soe Hok Gie SMP kala itu menulis masih dengan gaya anak SMP setelah SMA tulisannya mulai terlihat lebih berat dan membuat kita berfikir, lebih kritis tepatnya.
Suami juga bilang kepada saya. "Kamu kalo nulis jangan asal nulis comat-comot sana sini ya, tulis sumbernya kemudian tuangkan ide dan pemikirananmu."
Ah, iya saya memang masih belajar. Belajar nulis yang sederhana, curhat lebih tepatnya. Atau kalo toh ada yang kritis itu karena hasil saya membaca buku.
Diskusi pagi ini mengingat saya akan poin penting komunikasi dengan pasangan. Pasangan saya yang satu ini memang paling antusias dalam berdiskusi soal kepenulisan. Disitulah celah saya untuk lebih banyak mengobrol dan berdiskusi.
Menemukan pola untuk bisa ngobrol nyaman dan berdiskusi lebih banyak itu rasanya seperti membangun pelan-pelan cara berkomunikasi dengan pasangan.
Komprod Anak #Mengendalikan Emosi
Arkaan dan Aqila selisih 22 bulan. Arkaan yang anak pertama dan umur sekarang sudah 5,5 tahun lebih terlihat pengalah dan lebih dewasa daripada adikknya.
Aqila yang masih 3 tahun, sering sekali memaksakan kehendaknya kepada kakaknya . Contohnya ketika bermain diluar sore ini. Si kakak hendak menyusun mainan di depan pagar, adikknya ngotot ga mau ada mainan di pagar itu. Alhasil menangislah sang adik. Saya kemudian mendiamkan si adik dan bertanya kenapa. Tapi Aqila kecil belum mampu menjawab dengan baik. Sedangkan kakaknya dengan muka cemberut dan kecewa masih saja berdiam diri di dekat pagar. Awalnya saya diamkan. Mungkin ia butuh waktu. Lama kelamaan saya dekati dia, "tadi kenapa Qila menangis? Kak Arkaan tahu penyebabnya." Arkaan mengaku, "Arkaan singkirin tangan Qila dari pagar, habis Qila ngeganggu."
Dari cerita Arkaan dan pengakuannya pada saya. Ternyata Arkaan berusaha membela dirinya dan tidak ada maksud untuk membuat adiknya menangis. Akhirnya saya mengajak Aqila untuk meminta maaf kepada Arkaan dan Arkaan juga harus meminta maaf kepada Aqila.
Dari mereka saya belajar bagaimana mereka yang masih anak-anak berusaha mengelola emosinya dan berusaha untuk bisa memaafkan. Akhirnya mereka kembali bermain bersama.
Bunda belajar banyak hari ini nak, bagaimana seharusnya emosi itu disalurkan dan hal yang baik adalah maaf memaafkan.
#day2
#komprod
#bundsayiip
Pagi ini, seusai sahur dan sholat subuh. Kami membahas Afi, si anak SMA yang tulisannya booming dan menuai banyak kontraversi.
Suami saya bercerita bagaimana sosok Soe Hok Gie SMP kala itu menulis masih dengan gaya anak SMP setelah SMA tulisannya mulai terlihat lebih berat dan membuat kita berfikir, lebih kritis tepatnya.
Suami juga bilang kepada saya. "Kamu kalo nulis jangan asal nulis comat-comot sana sini ya, tulis sumbernya kemudian tuangkan ide dan pemikirananmu."
Ah, iya saya memang masih belajar. Belajar nulis yang sederhana, curhat lebih tepatnya. Atau kalo toh ada yang kritis itu karena hasil saya membaca buku.
Diskusi pagi ini mengingat saya akan poin penting komunikasi dengan pasangan. Pasangan saya yang satu ini memang paling antusias dalam berdiskusi soal kepenulisan. Disitulah celah saya untuk lebih banyak mengobrol dan berdiskusi.
Menemukan pola untuk bisa ngobrol nyaman dan berdiskusi lebih banyak itu rasanya seperti membangun pelan-pelan cara berkomunikasi dengan pasangan.
Komprod Anak #Mengendalikan Emosi
Arkaan dan Aqila selisih 22 bulan. Arkaan yang anak pertama dan umur sekarang sudah 5,5 tahun lebih terlihat pengalah dan lebih dewasa daripada adikknya.
Aqila yang masih 3 tahun, sering sekali memaksakan kehendaknya kepada kakaknya . Contohnya ketika bermain diluar sore ini. Si kakak hendak menyusun mainan di depan pagar, adikknya ngotot ga mau ada mainan di pagar itu. Alhasil menangislah sang adik. Saya kemudian mendiamkan si adik dan bertanya kenapa. Tapi Aqila kecil belum mampu menjawab dengan baik. Sedangkan kakaknya dengan muka cemberut dan kecewa masih saja berdiam diri di dekat pagar. Awalnya saya diamkan. Mungkin ia butuh waktu. Lama kelamaan saya dekati dia, "tadi kenapa Qila menangis? Kak Arkaan tahu penyebabnya." Arkaan mengaku, "Arkaan singkirin tangan Qila dari pagar, habis Qila ngeganggu."
Dari cerita Arkaan dan pengakuannya pada saya. Ternyata Arkaan berusaha membela dirinya dan tidak ada maksud untuk membuat adiknya menangis. Akhirnya saya mengajak Aqila untuk meminta maaf kepada Arkaan dan Arkaan juga harus meminta maaf kepada Aqila.
Dari mereka saya belajar bagaimana mereka yang masih anak-anak berusaha mengelola emosinya dan berusaha untuk bisa memaafkan. Akhirnya mereka kembali bermain bersama.
Bunda belajar banyak hari ini nak, bagaimana seharusnya emosi itu disalurkan dan hal yang baik adalah maaf memaafkan.
#day2
#komprod
#bundsayiip
Komentar
Posting Komentar