Saksi Sebuah Pohon
Sebenarnya aku ini apa? Seorang pembunuh? Iya lebih pantas, sebut saja begitu. Setiap hari aku harus menyaksikan kematian yang dipaksakan. Pohon itu, pohon dibelakang rumahku saksinya. Seakan sayup-sayup suara terdengar dari sana. Rintihan nyawa tak berdosa. Pohon saksi perbuatanku. Aku jadi teringat pohon Taru Menyan, di desa Trunyan, Bali. Mayat diletakan begitu saja hingga si mayat hanya berbentuk tulang. Disana baunya tidak busuk, tidak membuat kita muntah. Bahkan wangi. Berbeda dengan pohon belakang rumahku. Aku tidak meletakkan mayat begitu saja tentunya. Aku kubur baik-baik di bawah rindangnya pohon sawo belakang rumah. Hampir setiap hari selalu ada yang harus ku bunuh, kemudian ku kubur di belakang rumah. Di bawah pohon sawo. Dan setelah itu, setiap malam aku merasa mendengar pohon itu berisik, "kamu pembunuh nyawa tak berdosa, kamu pembunuh!". Kemudian sayup-sayup ku dengar, Ibu-ibu Kenapa kau membunuhku? Ibu-ibu Kenapa kau tak menginginkanku? Ibu-ibu Apa sa
Komentar
Posting Komentar