Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Komprod day#9 Our Time

Our Time Aqila itu jika di rumah hanya ada saya dan Arkaan. Seharian dia akan menjadi anak gadis yang manis. Mulai dari membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah. Mengambil makanan atau minuman untuk kakaknya dan bermain tanpa rewel ataupun tantrum. Berkata lemah lembut dan baik. Karena sikap Aqila hari ini membawa energi positif bagi saya dan Arkaan. Kita melalui project belajar hari ini dengan bahagia. Bagi saya keadaaan Aqila saat ini adalah moment langka yang susah didapatkan. Maklum, saya masih tinggal numpang di rumah mertua. Jadi ketika tidak ada orang lain di rumah, maka saya akan memanfaatkan banyak hal untuk itu. Bahagia yang sederhana ketika saya, Aqila dan Arkaan hanya bertiga di rumah. Our Time. #level1 #day9 #tantangan10 hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

Komprod Day #4 Pilihan

Percayalah, Mereka Punya Pilihan Maga adalah tempat favorit Arkaan dan Qila berbelanja. Karena memang Maga tempat terdekat dari rumah dan bisa dijangkau jalan kaki. Mereka selalu antusias jika saya sudah mengajak mereka untuk ikut berbelanja. Karena apa? Mereka akan saya ijinkan membawa troli. Kebetulan troli di Maga ukurannya ada yang paling kecil, sangat mudah untuk didorong oleh Arkaan dan Qila. Akhirnya berbelanja pun dimulai. Saya selalu memberikan kesempatan satu per satu. Arkaan pegang trolinya sendiri, begitupun Aqila. Dan saya akan menawarkan barang apa saja yang mereka ambil. Dari rumah, sudah ada nita, mereka ingin beli sandal baru. Akhirnya Arkaan lah yang memilih model sandal untuk dirinya dan adiknya. Saya hanya membantu mencarikan ukuran yang pas. Untuk selera camilan pun, saya serahkan sepenuhnya mereka memilih. Mereka punya selera. Saya hanya akan menyarankan jika ada camilan yang memang tidak bisa mereka konsumsi, maka saya akan pilihkan alternatif lain yang d

Komprod Day #3 Bullying

Bullying? Oh, No "Ih, ko aku dibully." Protes dari salah satu anak yang tengah bermain bersama teman-teman. Dan bagi Arkaan yang masih umur 5 tahun, bully adalah kata asing baginya. Begitu melihat tatapan penuh rasa ingin tahu Arkaan,  saya kemudian berusaha menjelaskan dengan kalimat yang sederhana. "Bully itu kalo ada temen lagi asyik main, terus temen satunya ngeledekin, atau berkata kasar sama temannya." Arkaan masih belum ngeh dan saya mulai mencontohkan beberapa gerakan. Pukulan kecil dan kata-kata bertujuan mengusir saya peragakan. Sepertinya Arkaan mengangguk pelan dan mulai mengerti. Lantas saya jadi kepikiran bagaimana ya kalo di sekolah? Arkaan masuk TK, apakah dia aman dari bullying? Apakah teman sebayanya berperilaku baik? Mulailah naluri protektif sebagai ibu dan rasa ketakutan itu muncul. Seharusnya saya tak boleh merasa ciut dengan perasaan saya sendiri. Tapi perasaan spontan ini muncul. Ketika teman-teman Arkaan satu komplek yang rata-rata mere

Komprod Day #2 Belajar

Komprod Pasangan #Choose The Right Time Pagi ini, seusai sahur dan sholat subuh. Kami membahas Afi, si anak SMA yang tulisannya booming dan menuai banyak kontraversi. Suami saya bercerita bagaimana sosok Soe Hok Gie SMP kala itu menulis masih dengan gaya anak SMP setelah SMA tulisannya mulai terlihat lebih berat dan membuat kita berfikir, lebih kritis tepatnya. Suami juga bilang kepada saya. "Kamu kalo nulis jangan asal nulis comat-comot sana sini ya, tulis sumbernya kemudian tuangkan ide dan pemikirananmu." Ah, iya saya memang masih belajar. Belajar nulis yang sederhana, curhat lebih tepatnya. Atau kalo toh ada yang kritis itu karena hasil saya membaca buku. Diskusi pagi ini mengingat saya akan poin penting komunikasi dengan pasangan. Pasangan saya yang satu ini memang paling antusias dalam berdiskusi soal kepenulisan. Disitulah celah saya untuk lebih banyak mengobrol dan berdiskusi. Menemukan pola untuk bisa ngobrol nyaman dan berdiskusi lebih banyak itu rasanya

Komprod day 1 : Empathy

Gambar
2 Hari Lalu kakak Arkaan sakit. Tengah malam diare dan muntah-muntah. Beberapa kali muntah dan bolak-balik ke kamar mandi. Otomatis bunda begadang hingga waktu sahur. Alhamdulillah di rumah masih ada stok obat mual dan diare. Pertolongan pertama langsung saya berikan. Kemudian tak lupa pula mengganti cairan yang keluar dengan sedikit demi sedikit memberikan air putih hangat. Arkaan sama sekali tidak bisa tidur karena perut rasanya sakit dan mual. Kondisi yang sangat memprihatikan itu ternyata diamati oleh Aqila adiknya, yang sudah dari sebelumnya terganggu karena Arkaan kebangun dan agak rewel. Dan hebatnya Aqila hanya diam tidak menunjukkan tanda dia rewel. Padahal biasanya jika dia terganggu tidurnya, ia akan rewel dan tidak jelas meminta macam-macam. Mungkin ia kasihan melihat bundanya sibuk mengurus kakaknya sakit. "Arkaan sakit ya bunda? Qila ambilin minum ya. Arkaan bobo aja." Begitu celotehnya. Ia seakan layaknya orang dewasa dan mengerti keadaan saat itu.